Rabu, 21 Mei 2014

KESEMPATAN HIDUP


Di sebuah ladang yang subur, terdapat 2 buah bibit tanaman yang terhampar. Bibit yang pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku sangat dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, serta kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku.”

 Dan bibit yang pertama inipun tumbuh, makin menjulang.

 Bibit yang kedua bergumam. “Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.”

 Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.

 Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan memakannya segera.

Kata kunci : bibit

Ulasan singkat : Dalam setiap diri kita, Tuhan menaruh benih-benih kedasyatan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar sesuai dengan rancangan Allah. Benih-benih itu harus kita jaga dan rawat sehingga dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah pada waktunya.
Namun ada orang yang begitu kuatir dan membiarkan benih-benih Ilahi itu tidak berkembang. Ia ibarat orang bodoh yang menyia-nyiakan talenta yang dipercayakan kepadanya, seperti dikisahkan dalam MATIUS  25:18  “Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. “
Pemenang melihat kemungkinan; Pecundang melihat masalah.

Anonim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar